Breaking News

Hidup Ditengah Kemiskinan, Nenek Ini Malah Disangka Sering Menolak Bantuan. Begini Faktanya ?


Lombok Barat - Seorang warga lanjut usia (lansia) bernama Nenek Kalsum asal Desa Kediri Induk Kecamatan Kediri kabupaten Lombok barat tidak masuk dalam Basis Data Terpadu (BDT) yang saat ini disebut Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sehingga nenek lansia yang kondisinya sangat memperihatinkan ini tidak masuk sebagai penerima bantuan Covid-19 dari pemerintah, baik dari bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang  Pemerintah Provinsi maupun JPS Mantap Kabupaten Lombok Barat.

Saat media ini datang ke kediaman nenek Kalsum di Dusun Karang Bedil Utara Desa Kediri Induk, pada Jumat 15/05/2020, kondisi tempat tinggalnya cukup memprihatinkan, dimana ia tinggal disebuah gubug Tua berlantai Tanah, dengan kondisi dan suasana yang pengap karena dihimpit oleh rumah-rumah Beton dengan Gang kecil dan sangat pas-pasan. Belum lagi rumahnya bertembok dari tanah, dengan lantai tanah yang ukurannya kurang lebih sekitar 3X3 meter, Belum lagi gubuk itu tanpa adanya saluran air dan penerangan listrik.

Rumah tersebut ditempati bersama anak satu-satunya bernama Mukhlis yang berpropesi sebagai pemulung barang bekas, penghasilannya pun tak seberapa terkadang juga tak cukup buat diri sendiri atau untuk memenuhi kebutuhan sehari hari bersama ibunya. Sementara di gubuk kecilnya itu, sang nenek dan anaknya hidup tanpa memiliki jaringan listrik, tidak memiliki jamban, tidak ada kompor, yang ada hanya peralatan dapur seadanya yang terbuat dari bambu atau bedeq.
Saat ditanya awak media di kediamannya Mukhlis menuturkan, Bahwa keberadaan rumah yang ia tempati kondisinya sudah seperti ini sejak lama, Pemerintah sempat telah menawarkan untuk dilakukan perbaikan, namun karena dirinya tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak ada biaya untuk menambah oprasional, penawaran bantuan perbaikan rumahnya dengan terpaksa tidak bisa ia terima.

"Saya tidak ada uang kalau diberikan bantuan perbaikan rumah, apa saya pakai nambah kekurangan, makanya saya terpaksa tidak mau," tuturnya.

Tetapi jika Pemerintah bersedia untuk memberikan bantuan berbentuk pangan dan perbaikan rumah, maka dirinya bersedia untuk menerima bantuan bantuan tersebut mengingat kondisi mereka saat ini sudah sangat memprihatinkan.

"Kalau diberikan bantuan tarima jadi, saya mau untuk terima,, sebab saya tidak punya biaya untuk melengkapi bantuan tersebut" ungkapnya.

Ia tidak berharap dibangunkan rumah yang bagus, ia meminta agar rumah yang dibangun sesuai dengan ukuran rumah yang sekarang ia tempati, tanpa ada perubahan atas dibuat mewah.

"Jangan dibuat bermodel, cukup seperti ini saja, yang penting lebih layak dan saya tidak khawatir bangunan ini tidak ambruk," harapnya.

Turmuzi tetangga nenek kalsum mengungkapkan bahwa kondisi keluarga tersebut memang sudah dari dulu memprihatinkan. "Nenek ini orang susah, jadi jangan ditambah susah lagi dengan informasi penolakan bantuan, karena kita tidak pernah mendengar bahwa ia menolak. Kita hanya tau mereka jarang menerima bantuan" tegas turmuzi

Hal senada juga dikatakan oleh Abah Madon yang juga termasuk keluarga dekat nenek kalsum. Bahwa Disamping itu nenek kalsum dan anak semata wayangnya juga dikenal sebagai orang yang pemalu, tidak banyak bicara, dan selalu bersyukur menerima apapun pemberian orang lain.

"Dia itu orangnya pemalu dan kurang faham juga dengan alur penyaluran bantuan, saya sebagai keluarganya memastikan mereka tidak pernah menolak bantuan, malah mereka sangat bersyukur jika diberikan bantuan" terangnya.

Sedangkan Pemerintah Desa Kediri, menjelaskan, nenek Kalsum ini bukan tidak dihiraukan untuk diberikan bantuan, namun pihak desa justru mengatakan bahwa nenek tersebut tidak pernah mau menerima bantuan, karena dirinya tidak mau sembarangan menerima bantuan dari pihak lain.

"Kita sudah tawarkan, namun ditolak, bahkan Pemasangan jaringan listrik juga sudah kami tawarkan, namun ditolak juga," jelas kepala desa Kediri Fadholy ibrahim.

Sementara itu pemerintah desa juga menyiapkan bantuan melalui bantuan lansung tunai atau BLT. Sebab pada proses peruntukan alokasi DD melalui BLT, nenek ini akan diprioritaskan.

"Memang nenek ini tidak masuk dalam data BDT, tetapi kita prioritaskan menjadi penerima BLT Desa," Terang Fadholi Ibrahim.
Kabar tentang nenek Kalsum yang hidup dibawah garis kemiskinan sudah tidak bisa menjadi rahasia umum, semenjak diberitakan kondisinya dimedia massa. Tidak banyak diantara para dermawan, lembaga swasta, maupun pemerintah kabupaten dan provinsi hingga dari kementrian menaruh rasa empati dan ingin membantu sang nenek.

Kondisi tersebut mengundang Ragam upaya semua lapisan ingin membantu untuk hanya  sekedar diberikan sembako maupun bantuan perbaikan rumah. akan tetapi lantaran kabar tentang nenek ini telah tersebar di media sosial. Sang nenek Kalsum menjadi kehawatiran pemerintah desa, agar tidak diberikan bantuan kepadanya untuk sementara waktu.

Dimana pemerintah desa dan dusun berdalih bahwa pemberian bantuan ke nenek Kalsum untuk sementara ditolak lantaran ditakutkan menjadi momok jelek ditengah masyarakat akan kinerja dan propesionalitas pemdes.

"Saya kira karena saya dari aparatur desa akan lebih elok jika ada bantuan untuk nenek Kalsum diarahkan ke yang lain, karena akan menjadi kesan tidak baik bagi kita. Ucap Wawan salah satu aparatur desa.

Diwaktu yang bersamaan kepala dusun karang bedil Utara yakni mustaan menegaskan sebagai pemimpin dalam institusi kepala dusun dirinya tidak mengijinkan siapapun untuk memberikan bantuan.

"Untuk sementara kita menolak pemberian bantuan kepada siapapun untuk nenek Kalsum, karena itu seolah merupakan penghinaan bagi kami di desa, dan seolah menganggap bahwa kami tidak memperhatikan nenek kalsum" tegasnya.

Ditambahkan oleh mustaan bahwa beberapa juga sudah menyampaikan bantuan namun telah ditolak olehnya, tak sedikit yang datang membawa uang maupun sembako namun ditolak semua.

"Dari Polairud polres Lobar, kita tolak dari dinas dan lembaga yang lain juga kita tolak," tutupnya. (Yki)


© Copyright 2022 - Savana News