Breaking News

Minim Perhatian, Nenek Kalsum Menunggu Uluran Tangan Pemerintah


Lombok Barat - Bersama seorang Putranya yang berstatus Lajang dalam usia yang sudah cukup dewasa, Papuk (Nenek-red) Kalsum tinggal disebuah gubug berlantai tanah, dengan kondisi dan suasana yang sangat tidak layak jika disorot dari sisi kehidupan sosial maupun dari aspek kesehatan, karena posisi gubug yang berada digang sempit dan dihimpit oleh rumah-rumah Beton disekelilingnya.

Saat menemui Sang Nenek pada Senin (11/5 ), dikediamannya di Dusun Karang Bedil Utara, Desa Kediri Induk, Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat, dari informasi warga disekitar Gubug tempat tinggal Si Nenek, diketahui bahwa Sang Nenek, Jarang terjamah bahkan mungkin tak tersentuh oleh bantuan baik Pemerintah maupun bantuan lainnya.

Diusia tuanya semestinya Sang Nenek menikmati kehidupan yang layak dan menghabiskan waktu menoreh hal-hal yang bersentuhan dengan nilai ibadah sebagai bekal usia senja.

Saat Mendatangi Gubug tua dan remang yang dihuninya, saya mendapatkan Nenek Kalsum tengah mencari Korek Api untuk memperlihatkan wajah tua tanpa baju, lantaran ruang bilik rumah yang ukurannya sekitar 1,5 × 2 Meter tersebut tak menggunakan Listrik sebagai penerangannya.

Ketika ditanya “Dimana menyalakan lampunya nek.?”, Sang Nenek menjawab “Pinjam Korek Api” untuk Apa..? “Menyalakan Lampu” ucapnya dalam bahasa Daerah sembari menyodorkan sebuah lampu sejenis obor kecil memakai sumbu dan menggunakan Bahan bakar berupa Bensin yang dicampur dengan minyak kelapa.

Sebelum beranjak menemui Sang Nenek, kami sempat ngobrol dengan putra satu-satunya dari Nenek Kalsum yang setiap harinya disapa Melong.

Dari sejumlah warga, saya juga memperoleh penjelasan bahwa putra Sang Nenek ini dikenal pemalu dan jarang-jarang berinteraksi dengan sekitar.

Dengan status jenjang pendidikan yang dirasa tak cukup, Melong bekerja serabutan membantu teman dengan upah yang didapat, terkadang juga tak cukup buat diri sendiri atau untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Sang Nenek dengan Putranya memang layak mendapat bantuan dengan bentuk apapun tanpa pertimbangan, mengingat kondisinya memang sangat memprihatinkan.

Pada saat Gempa beberapa lalu, Tempat Tinggal Sang Nenek seharusnya memperoleh bantuan Rumah Gempa, tetapi lagi-lagi selentingan mendapat khabar bahwa Sang Nenek ataupun Putranya tertutup dan sering menolak jika ditawari bantuan padahal faktanya mereka tidak akan menolak jika diberi tetapi tidak akan mampu meminta karena tak tau bagaimana cara meminta.

Setelah berkunjung kegubug kediaman nenek Kalsum, berbagai reaksi muncul dari seputar lingkungan tempat tinggal Sang Nenek.

Anehnya bukan prihatin malah menampik dan berusaha mencari alasan pembenaran dan menyalahkan orang lain.
Padahal keluarga ini tak mungkin akan menolak sekiranya ada pihak yang mengantar Bantuan, sebab merema memang sangat membutuhkan.

Intinya, “GUBUG REOT, BERLANTAI TANAH DAN TANPA PENERANGAN LISTRIK, PAPUK KALSUM LAYAK DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENDAPAT BANTUAN PEMERINTAH“.

Bahkan sebelum beranjak, dari lokasi, seorang warga datang dan melapor ke kami lantaran dimintai Uang Sepuluh Ribu Rupiah untuk membeli Materai karena akan diserahi bantuan sembako yang dialihkan dari orang lain kepada dirinya yang diminta oleh Ketua RT atas perintah Kepala Dusun.

Padahal harga Materai kan hanya Enam Ribu. “Ucap si Bapak sambil mengerutu.

Penulis | Achnad Sachib | pegiat dan pemerhati sosial

© Copyright 2022 - Savana News