Breaking News

Cegah Pernikahan Dini, Sekolah di Lobar Lakukan Gebrak "Makar"


Lombok barat - Tingginya pernikahan dini di Lombok Barat menuai keprihatinan dari sejumlah kalangan. Mencegah kasus pernikahan dini ini, pihak sekolah pun meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan orang tua atau wali murid. Pihak sekolah juga melaksanakan gerakan bersama masker dan karakter (Gebrak Makar). 


Ketua PGRI Lobar, Tajuddin mengaku prihatin dengan kondisi pernikahan dini yang tinggi di Lobar dimasa Pandemi. "Selaku PGRI kami miris melihat ini,"imbuh dia, Kamis. Hal ini dilihat dari segi pendidikan. Dimasa Pandemi, diakui memang ada pendidikan karakter yang hilang sebagai salah satu pemicu kasus nikah dini. Memang kata dia, anak belajar daring dan guru mengajar namun lewat daring. "Karena itu kami melakukan gerakan makser dan karakter (Gebrak makar) untuk membantu pemerintah. Karana yang terjadi saat ini adalah karakter, karakter dibentuk lewat mendidik. Sehingga kami mendorong semua guru menyentuh itu (karakter) walaupun lewat WA, keberadaan anak didik di rumah"terang Kepala SMP 2 Lingsar ini.


Disini perlu ada grup media sosial WhatsApp antara guru dan orang tua. Melalui media ini, guru tersebut memberikan edukasi melalui orang tuanya. Sebab indikasinya, anak-anak membuka konten yang tak layak ketika belajar dari rumah. Karena itulah kata dia, Perlu Terus disentuh melalui mendidik dengan menyentuh hati anak, karena hati ini yang membuat karakter akan baik.   "Kalau tidak sentuh maka terjadi itu, karena guru kan Ndak bisa memantau. Di masa pandemi ini mendidik nya yang kurang, belajar Kurang sehingga membuat peserta didik ini menjadi jalan. Karena itu perlu terus diberikan nasehat dengan menyentuh hatinya,"ujar dia. 


Ia menambahkan, gebrak Makar ini adalah menggunakan masker dan karakter anak-anak. Disini pihak guru membantu penerapan covid-19. "Disini terus kami lakukan Gebrak makar. Ini untuk membantu Pemda juga,"ujar dia. Ia menambahkan, sosialisasi terkait pernikahan dini harus diperkuat. Baik itu dampaknya dan aturan-aturan terkait pernikahan dini ini. "Harus diperkuat sosialisasi di tengah masyarakat,"ini imbuh dia. Ia juga Tokoh masyakarat berperan aktif untuk mencegah kasus pernikahan dini ini.


Kepala SMP 3 Labuapi Sumasno SE, MM., mengatakan di sekolahnya sampai saat ini belum ada anak siswa dan siswi yang menikah di masa pandemi. Menurutnya tingginya angka pernikahan dini dimasa Pandemi disebabkan beberapa faktor. Diantaranya perekonomian dan keluarga, dimana anak ini ditinggal orang tua ke luar negeri sebagai TKI/TKW. "Karena persoalan ekonomi dan keluarga yang menyebabkan pernikahan dini ini,"jelas dia. Upaya mencegah pernikahan ini, pihaknya sejak awal melakukan sosialisasi dan memberikan nasehat kepada orang tua serta peserta didik agar tidak melakukan pernikahan di usia sekolah (dini). Orang tua dan peserta didik Diberikan pemahaman Bahwa nikah dini tidak ada untungnya malah merugikan siswa-siswi sendiri. Termasuk merugikan orang tua. "Itu Kita sering sampaikan dalam apel pembinaan, kami sampaikan pentingnya pendidikan,"jelas dia. 


Karena kalau pendidikan bagus, maka tentu mereka mendapatkan pekerjaan menjamin. Sehingga dari sisi ekonomi Mereka bagus. Pihaknya juga menekankan usia yang matang menikah. Pihaknya juga meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan orang tua serta peserta didik. Pihaknya menekankan agar orang tua memantau betul anak-anak mereka. Selain itu, sekolahnya masuk menjadi imbas program yes i do. Menurutnya, melalui upaya ini kasus pernikahan dini di sekolahnya nol. Dibanding sebelumnya ada saja kasus. (*)

0 Comments

© Copyright 2022 - Savana News