![]() |
Pintu Ruangan Poliklinik RSUD Tripat Lombok barat |
SAVANANEWS – Sejumlah warga di Kabupaten Lombok Barat mengeluhkan sulitnya mendapatkan darah saat menjalani perawatan di rumah sakit. Tak jarang, keluarga pasien harus berjuang sendiri mencari pendonor.
Keluhan ini disampaikan oleh beberapa keluarga pasien yang merasa kewalahan saat dihadapkan dengan kebutuhan darah yang mendesak. Mereka menilai, rumah sakit seharusnya menjadi pihak yang proaktif membantu memenuhi kebutuhan tersebut, bukan menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga pasien.
“Saat keluarga kami butuh transfusi darah, Kami disuruh cari pendonor sendiri oleh rumah sakit. Padahal kondisi pasien sudah kritis,” ujar Suhaili salah seorang keluarga pasien yang di rawat di Rumah sakit Tripat Gerung pada Selasa (15/7) .
Diceritakan Suhaili, ia harus mencari pendonor yang memiliki golongan darah B untuk keponakan nya. Ia bahkan harus mencari bantuan melalui media sosial." Saya teruskan ke sejumlah wa group untuk mencari pendonor," ucapnya.
Saat di konfirmasi ulang oleh media ini pada Rabu (16/7), Suhaili mengaku telah mendapat pendonor, namun nyawa pasien yang merupakan keponakannya itu tidak bisa tertolong.
"Ya sudah dapat pendonor, tetapi tidak jadi, karena darahnya tidak terpakai, karena tidak jadi operasi disebabkan pasien koma saat akan di operasi," ucapnya.
Hal serupa juga dialami oleh Ita Konita, warga Sigerongan. Ia mengaku harus bolak-balik mencari relawan donor darah dan memohon bantuan melalui media sosial sebelum sang pasien di operasi. “Beberapa bulan yang lalu, adek misan (sepupu) ada yang operasi kangker, sebelum jadwal operasi, kita audah diributkan dengan pendonor darah,” ujarnya pada Kamis (17/7).
![]() |
Kegiatan Konpresnsi pers RS Tripat Lombok barat dengan Media |
Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur Rumah sakit Tripat Kabupaten Lombok barat dr Kaspan mengklaim stok darah di Rumah sakit selalu aman. Hanya saja, keluarga pasien disarankan mencari pendonor sebagai pengganti stok darah yang ada di Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah sakit.
"Stok darah kami selalu ada, dan kami hanya menyarankan ke keluarga pasien untuk mencari pendonor, bukan mewajibkan, persepsi warga ini kan dikira kita mewajibkan," terangnya.
dr Kaspan membantah jika rumah sakit dianggap lepas tangan dalam membantu pasien yang membutuhkan darah, terlebih dalam kondisi mendesak. Pihak Rumah sakit menurutnya wajib mengeluarkan darah untuk pasien meski tidak ada pendonor.
"Jika ada kekurangan, kita selalu koordinasikan dengan lintas Sektor, seperti PMI maupun Rumah sakit Provinsi NTB," paparnya.
Di tempat yang berbeda, PMI Kabupaten Lombok Barat menyatakan kesiapannya membantu, asalkan ada permohonan resmi dari rumah sakit.
Ketua PMI Lombok barat Haris Karnain S.Si MM, mengatakan bahwa PMI selalu terbuka dalam membantu pasien yang membutuhkan darah, namun membutuhkan koordinasi dari rumah sakit agar distribusi bisa dilakukan secara cepat dan tepat.
“Jika rumah sakit segera mengirim surat permohonan resmi, kami akan langsung merespon. Bahkan jika stok kosong, kami bisa inisiasi donor darah darurat. Tapi semua harus lewat prosedur yang jelas,” tegas Haris.
Ia juga mendorong masyarakat untuk tidak segan melapor ke PMI jika mengalami kesulitan, dan mengajak rumah sakit untuk mengutamakan aspek kemanusiaan dalam menangani pasien.
Persoalan ini menunjukkan perlunya perbaikan sistem pelayanan darah antara rumah sakit dan PMI, agar masyarakat tidak terus-menerus menjadi korban dari buruknya koordinasi dan minimnya perhatian terhadap pasien yang sedang berjuang melawan kondisi kritis. (Red)
0 Comments