Amaq Darwilis Sang Maestro penatah wayang Sasak
SAVANANEWS - Kediaman Amaq Darwilis di Dusun Gunung Malang, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, menjadi saksi pertemuan berharga pada Minggu (13/9). Maestro penatah wayang Sasak ini mendapat kunjungan dari dosen Universitas Sains Malaysia dan dosen Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Bumi Gora NTB.
Kunjungan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap konsistensi Amaq Darwilis dalam menjaga warisan budaya Sasak melalui seni pembuatan wayang kulit. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan rasa syukurnya. “Bagi saya, kedatangan para akademisi ini adalah sebuah penghormatan. Wayang bukan hanya karya seni, tapi juga warisan leluhur yang harus terus dijaga. Saya bersyukur masih bisa menekuni pekerjaan ini di tengah zaman yang semakin modern,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Amaq Darwilis menuturkan harapannya agar perhatian dari kalangan akademisi bisa membuka jalan bagi pelestarian wayang Sasak. “Saya hanya bisa membuat dan menjaga apa yang diwariskan orang tua saya. Tapi kalau ada generasi muda yang mau belajar, saya dengan senang hati akan mengajarkan. Semoga wayang Sasak tidak berhenti di tangan saya saja,” ucapnya penuh harap.
![]() |
kunjungan dari dosen Universitas Sains Malaysia dan dosen Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Bumi Gora NTB |
Dalam kunjungan itu, Dr. Fara Dayana dari Universitas Sains Malaysia mengaku tertarik mengetahui perbedaan wayang di Malaysia dengan Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki ragam wayang yang jauh lebih banyak dan beragam dibanding Malaysia. “Di Malaysia, wayang kulit memang ada, tetapi jenis dan variannya tidak sebanyak di Indonesia. Dari kunjungan ini saya bisa melihat betapa kayanya tradisi wayang di Nusantara, termasuk wayang Sasak yang unik dengan karakter warna dan detailnya,” ujar Dr. Fara Dayana.
Sementara itu, dosen Prodi Seni Pertunjukan Universitas Bumi Gora NTB, Taufik Mawardi,M.A, menekankan pentingnya dukungan terhadap para maestro lokal. “Sosok seperti Amaq Darwilis adalah inspirasi nyata bagi generasi muda. Konsistensi beliau menatah wayang adalah bukti bahwa seni tradisi masih relevan dan patut kita perkuat dengan dukungan akademisi maupun pemerintah,” tegasnya.
Peria yang kini sudah berusia 62 tahun memiliki nama asli “ Darwinah”, akrab dipanggil Amaq Darwilis ini telah menekuni dunia penatah wayang sejak remaja. Warisan keahlian dari ayahnya yang juga seorang Dalang, serta lingkungannya yang lekat dengan dunia pedalangan, membuat karyanya memiliki ciri khas tersendiri, warna-warni mencolok, rapi, dan detail halus. Tak heran bila dalang-dalang kondang kerap memesan wayang dari tangannya.
Tak hanya dikenal di Lombok, karya Amaq Darwilis juga telah menembus panggung nasional hingga internasional. Wayang hasil karyanya sudah sampai ke berbagai daerah di Indonesia, seperti di Museum Wayang Yogyakarta, Bali dan Nasional. Bahkan karyanya dikoleksi oleh pecinta budaya di Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Prestasi ini semakin menegaskan perannya sebagai maestro penatah wayang Sasak yang menjaga tradisi sekaligus mengharumkan nama Lombok di kancah global.
Di tengah capaian tersebut, kehadiran dan dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan. Terlebih, saat ini Pemerintah Provinsi NTB tengah menggaungkan visi “NTB Makmur dan Mendunia”, yang selaras dengan perjuangan seniman tradisi seperti Amaq Darwilis. Dengan perhatian serius, baik berupa fasilitasi, promosi, maupun pemberdayaan, wayang Sasak berpotensi menjadi ikon budaya Lombok yang tak hanya mengakar di masyarakat lokal, tetapi juga dikenal luas di dunia internasional.
Kunjungan akademisi ini diharapkan menjadi titik awal kerja sama dalam mendokumentasikan dan mengangkat seni wayang Sasak ke ranah global. Kehadiran Amaq Darwilis sebagai penjaga tradisi menjadi pengingat pentingnya merawat budaya di tengah arus modernisasi. (AS,13/09)
0 Comments