![]() |
| Penampilan Pelvist di Teras FTI 2025 pada malam Penutupan FTI.(Dok.As) |
SAVANANEWS, Mataram — Malam penutupan Festival Teater Indonesia (FTI) 2025 di Taman Budaya NTB menjadi momen yang hangat sekaligus berkesan(12/12). Sebagai kota persinggahan ketiga setelah Medan dan Palu, Mataram menghadirkan suasana penutup yang penuh energi sebelum menuju titik terakhir penyelenggaraan di Jakarta.
Sebelum pementasan terakhir dari Sanggar Budaya Kalimantan Selatan dimulai, Teras FTI — ruang alternatif yang menghidupkan jeda waktu antara penampilan dan bincang karya setelah pementasan teater dari setiap kelompok penampil — menghadirkan suguhan musik yang akrab dan merakyat. Kelompok musik Kampung Baca Pelangi (KBP) membuka suasana dengan alunan lagu-lagu tradisional Sasak yang ringan, disambut tepuk tangan hangat dari para penonton yang sudah memadati area Teras FTI.
Keseruan malam itu kemudian ditutup dengan penampilan dua sejoli yang dikenal dengan nama Pelvist, membawakan tiga judul lagu yang sarat pesan kehidupan: Cerita Indung dan Sepetak Ladang, Jalan dan Arah, serta Ha Hi Hu He Ho.
Dalam wawancara dengan Sani Vokalis Pelvist — menyampaikan rasa syukur atas kesempatan tampil di Teras FTI dan apresiasinya terhadap penyelenggaraan FTI di Mataram.
“Semoga FTI tetap terselenggara di tahun-tahun mendatang karena ini menjadi ruang menjalin silaturahmi dengan banyak teman dari luar daerah. Panggung seperti ini sangat kami apresiasi, juga UMKM yang diberi ruang untuk berdagang,” ujarnya.
Sani juga menjelaskan alasan pemilihan tiga lagu yang ia bawakan malam itu. Lagu pertama, Cerita Indung dan Sepetak Ladang, ia dedikasikan untuk para perempuan dan para ibu yang ia lihat banyak hadir di lokasi.
“Aku ingin menyemangati perempuan-perempuan tangguh yang berjuang di kehidupannya masing-masing. Ada vibe dan beban tersendiri menjadi perempuan, dan kelak menjadi ibu. Lewat lagu itu aku ingin bilang: ini loh perjuanganmu,” jelasnya.
Penggalan lirik dalam lagu tersebut, tentang “selembar kertas untuk senyum si kecil,” menurut Sunny adalah pengingat bahwa kebahagiaan anak sering kali datang dari hal sederhana yang penuh ketulusan.
Untuk lagu kedua, Jalan dan Arah, ia menyampaikan bahwa pesan lagu ini lebih universal.
“Ini bukan hanya untuk perempuan, tapi untuk semua orang. Kita punya biografi yang berbeda-beda. Semoga lagu ini jadi penyemangat bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil,” tutur Sunny.
Sementara lagu ketiga, Ha Hi Hu He Ho, dipilih sebagai momen perenungan di tengah suasana riang FTI. Sunny menyinggung bencana yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera dan Aceh.
“Walaupun kita di sini happy, yuk luangkan waktu merenung dan berdoa. Kita mungkin tak bisa bantu materi, tapi bisa lewat doa. Kita juga harus menjaga lingkungan, karena kita tidak pernah tahu kapan musibah datang,” pesannya.
Penampilan Pelvist malam itu semakin lengkap dengan hadirnya suami Sunny, Rizky, yang turut mendukung di panggung.
Dengan suguhan musik yang hangat dan penuh makna, Teras FTI kembali membuktikan dirinya sebagai ruang apresiasi seni yang hidup, bukan hanya bagi pelaku seni teater, tetapi juga musisi lokal. Penonton pun pulang dengan kesan yang mendalam, menjelang pementasan pamungkas dari Sanggar Budaya Kalimantan Selatan yang menandai berakhirnya rangkaian FTI 2025 di Mataram.(AS)

0 Comments