Mahasiswi Pascasarjana UIN Mataram
Pada tahun 1974, Nahla Shabri El-Seidy lahir di Aljazair dan tinggal selama 4 tahun mengikuti ayahnya yang merupakan perwakilan Al-Azhar untuk berdakwah dan menyebarkan islam. Nahla adalah seorang putri ulama Al-Azhar bernama Syekh Sabry Qutb El seidy.
Beliau kemudian kuliah dan lulus dari Universitas Al-Azhar pada 1996 dengan nilai yang sangat baik dalam bahasa Arab.
Nahla memperoleh gelar master dalam retorika kritik pada tahun 2001 dan gelar doktor dalam spesialisasi yang sama pada tahun 2004.
Nahla El-Seidy lulus dalam karir di Fakultas Studi islam dan bahasa Arab untuk perempuan di kairo. Karirnya berawal dari asisten pengajar menjadi asisten guru, guru, asisten profesor dan kemudian menjadi profesor doktor. Saat ini nahla menjabat sebagai Dekan Fakultas ilmu-ilmu keislaman untuk Mahasiswa asing di Universitas Al-Azhar, penasihat Syekh Al-Azhar untuk urusan ekspatriat, kepala pusat pengembangan pendidikan mahasiswa internasional Al-Azhar. Nahla menjadi wanita pertama yang memegang peran penasehat dalam sejarah 1.000 tahun Al-Azhar.
Pemikiran dan kontribusi Nahla Al-seidy terhadap kesetaraan gender dan penegakan HAM Pemahaman yang benar tentang kesetaraan gender Dalam ajaran islam kedudukan perempuan dan laki-laki sama kecuali derajat ketaqwaan. Prof Nahla menegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist perempuan mendapat apresiasi dalam bentuk al-musawah (persamaan derajat) di berbagai level eksistensi, kontribusi, dan partisipasi baik dalam level privat maupun publik.
Pembentukan Majlis Ulama Perempuan Global
Kedatangan Nahla ke indonesia pada Rabu 20 Desember 2023 di Bandung Jawa Barat untuk mengahadiri konfrensi Moderasi beragama Asia-Afrika dan Amerika latin. Nahla mengungkapkan pemikiran yang ia sampaikan dalam forum internasional tersebut.
Menurutnya, sebagai upaya memberikan ruang bagi perempuan dalam menggali potensi mereka untuk berkontribusi mencari isu-isu global, serta mendukung kesetaraan gender yang sesuai dengan syari’ah islam maka perlu di bentuk Majlis Ulama Perempuan global, termasuk di indonesia. Sebelumnya, pembentukan majelis seperti ini di bentuk di Pakistan. Dia berharap, semua negara-negara berpenduduk muslim (termasuk indonesia) juga membentuk yang sama, karena setiap lokasi punya permasalahan yang berbeda-beda.
Nahla shabri El-Seidy, penasihat grand syekh Al-Azhar, dikenal sebagai sosok yang memiliki pemikiran sosio-politik-kultural yang progresif dan moderat. Berikut adalah beberapa point penting terkait pemikirannya
Nahla menyampaikan pendapatnya bagaimana cara perempuan tersebut memainkan perannya di tengah kemajuan zaman, Nahla menyampaikan pendapatnya, “ seorang perempuan tidak akan mampu berkiprah memerankan perannya di tengah masyarakat, kecuali perempuan tersebut harus menjadi pintar, pencerah, dan hebat.
Perempuan harus mengetahui kewajibannya bedasarkan Al-Qur’an kepada kita. Mengapa dan untuk apa seorang perempuan diciptakan serta peran apa yang perlu dilaksanakan agar kita mampu bekerja dalam kepemimpinan atau dalam bidang lainnya, dimulai dari kesadaran, pendidikan, dan mengetahui apa yang Allah kehendaki untuk kita. Jika kita tidak sadar terhadap peran ini, kita tidak akan mampu berbuat apa-apa. Karena pada kenyataannya saat ini, kita tidak mengetahui permasalahan perempuan terkait apa yang menjadi haknya, kewajibannya, dan siapa yang harus melakukannya”
Bulan februari 2025 kemarin UIN Mataram menghadirkan cendikiawan muslimah Nahla shabri El-seidi dalam acara seminar internasional pascasarjana UIN Mataram beliau menyampaikan pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi oleh muslimah dalam masyarakat multikultural. Beliau menyatakan bahwa perempuan muslimah memiliki identitas budaya dan agama yang membuatnya berbeda dari wanita lain di dunia.
Identitas ini perlu dijaga dan di patuhi. Karenanya perempuan berperan penting dalam menentukan nasib suatu masyarakat dan seterusnya bangsa dan negara. Menurutnya ajaran islam tidak bisa hanya dipahami secara tekstual namun juga kontekstual termasuk terkait dengan tema perempuan.
Kesimpulan :
Sebagai sesama ciptaan tuhan dan bentuk keadilannya, tidak hanya laki-laki, perempuan juga sangat berperan penting dalam menentukan nasib masyarakat, bangsa dan negara. Namun perempuan tidak akan mampu berkiprah memerankan perannya di tengah masyarakat jika perempuan tidak di dukung untuk mendapatkan kesadaran, pendidikan dan segala haknya. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen dan tanggung jawab bersama agar terbentuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
0 Comments