(Savananews.com) Giri Menang - Sejak pukul 14.00 siang, seluruh warga Desa Suranadi rela menunggu kedatangan Kepala Desa (Kades) Suranadi, I Nyoman Adwisane. Rencananya, kades akan pulang setelah meghadiri undangan Kemendagri untuk menerima anugerah sebagai juara pertama Lomba Desa tingkat Nasional.
Namun mobil penjemputan baru tiba pukul 16.00. Diiringi Riuh Bale Ganjur, kades kemudian ditandu, diarak memasuki halaman kantor desa. Di sana sudah menunggu Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Barat, Asisten I, Staf Ahli, Polres Lombok Barat, pimpinan OPD, PKK, DWP dan warga yang sekedar melihat seremoni penyambutan kades, Senin (19/8/2019).
Dalam penilaian Lomba Perdesaan Tahun 2019 ini, prestasi Desa Suranadi telah meneruskan tradisi juara di Kabupaten Lombok Barat untuk kancah nasional. Bersama Desa Taram Kabupaten Lima Puluh Kuto untuk Regional I, Desa Sri Mulyo Bantul untuk Regional II, Desa Pulau Sapi Kabupaten Berau di Regional III, Desa Suranadi telah mengikuti jejak Desa Lingsar dalam Lomba Perdesaan untuk Regional IV.
Dalam arahannya, Bupati Lombok Barat melalui Sekda, H. Moh. Taufiq memaparkan, Desa Suranadi telah mencatat rekor terbaik di regional IV. Kata dia, di NTB, jumlah desa, tercatat sekitar 995. Untuk menjadi juara satu lomba desa di level NTB bukan pekerjaan gampang, apalagi di tingkat regional.
“Kami yakin apa yang diraih hari ini merupakan peran masyarakat Desa Suranadi. Kadus, Kades, toga, toma, camat semua berperan dalam hal ini,” sebut Taufiq.
Menurut Taufiq, tentu hal ini akan mengukir sejarah. Ternyata Kabupaten Lombok Barat sudah menjadi kebanggaan Nusa Tengara Barat (NTB). Karena Kades Suranadi, I Nyoman Adwisane harus berhadapan dengan tim independen.
“Tim ini kalau menyatakan merah, ya merah. Kalau kuning ya harus kuning. Karena ini betul-betul independen,” kata sekda.
Sekda mengakui, kendati dirinya tidak ikut mendampingi ke Jakarta, namun satu-satunya yang diuji dan mendapat standing applause di Jakarta adalah Kabupaten Lombok Barat. Kata Sekda, beda saat Desa Lingsar meraih juara yang sama pada tahun sebelumnya. Kala itu, pertanyaannya lebih dari pertanyaan skripsi.
“Pertanyaannya lebih dari pertanyaan ujian skripsi, sangat detail. Dan kemarin pendamping-pendamping dari Lombok Barat saya lihat cukup lengkap, sehingga itu yang menyebabkan Desa Suranadi ini layak menjadi juara regional,” puji sekda.
Dikatakan sekda, menjadi juara memang ada konsekwensinya. Menjadi juara, kata dia, akan terus kedatangan tamu untuk keperluan study banding ke Suranadi. Namun sekda mengingatkan kades I Nyoman Adwisane. Siapapun daerah yang berkunjung ke Suranadi, diwajibkan menginap di penginapan yang ada di Suranadi.
“Ya, harus jual mahal sedikitlah, kami tidak menerima bapak jika tidak menginap di Suranadi. Jawab begitu saja suratnya,” pesan sekda seraya menunjuk Kabag Pemerintahan Setda Lombok Barat agar tamu yang berkunjung ke Suranadi jangan diterima jika menginap di tempat lain.
Pada kesempatan itu, sekda menyampaikan apresiasi dari bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid yang tidak bisa hadir. Pada saat yang bersamaam, bupati harus ke Jakarta untuk tugas kedinasan. Namun sekda juga menyatakan, Desa Suranadi sudah menjadi juara regional. Di sisi lain, Desa Sesaot juga semoga bisa masuk, paling tidak 17 besar dalam Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019.
“Kalau kita masuk ke top seventeen, Insya Allah, Sesaot dan Suranadi menjadi kebanggaan Kecamatan Narmada,” puji Taufiq seraya mengakhiri arahannya dengan sejumlah pantun. (*)
Social Header