Lombok Barat - Desa wisata dan pelaku pariwisata di Lombok Barat menyambut baik wacana Pemerintah membuka kembali sektor pariwisata di daerah setempat. Bahkan beberapa Daerah sudah membuka tempat wisata secara terbatas, sambil menunggu kajian Pemda melalui Dinas Pariwisata untuk membuka kembali tempat-tempat wisata.
Kajian ini dilakukan menyusul adanya tiga kawasan di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dibuka yakni Kawasan tiga gili di Kabupaten Lombok Utara, Kawasan Mandalika di Lombok Tengah dan Pulau Moyo di Kabupaten Sumbawa. Di desa Sekotong tengah misalnya, tempat wisata baru Ekowisata Mangrove Tanjung Batu mulai dibuka terbatas bagi masyarakat setempat pada Kamis (04/06/2020) lalu.
Sejak dibuka, lokasi wisata mangrove ini ramai dikunjungi. Pengunjung tertarik melihat jalur lintasan yang terbuat dari kayu sepanjang 300 Meter membelah pesisir pantai dan hutan mangrove. Ditambah lagi, Pengunjung juga bisa mengabadikan momen Dengan berfoto di tempat Selfi yang sudah disiapkan di lokasi itu. Tak kalah menarik, menara pantau setinggi 10 meter disiapkan bagi pengunjung untuk melihat hamparan tanaman mangrove dan lautan. Untuk tempat makan pun telah siapkan kuliner di lokasi ini. Untuk membangun berbagai fasilitas tersebut, pihak desa menghabiskan sekitar Rp 700 juta dana desa.
Kades Sekotong Tengah, L Sarappudin mengatakan pihaknya membuka lokasi wisata itu dengan tetap menerapkan standar kesehatan. Pihaknya menyiapkan tempat cuci tangan dan memasang imbauan bagi pengunjung untuk memakai masker. Pihaknya juga mengimbau pengunjung jangan berkerumun dengan jumlah banyak agar sosial Distancing tetap diterapkan. Tak hanya bagi pengunjung, petugas di lokasi wisata juga mengginana alat pelindung masker.
"Jadi kami sudah menerapkan standar kesehatan bagi pengunjung,"jelas dia.
Pihaknya berani membuka lokasi wisata ini ditengah pandemi, karena lokasi ini luas sehingga pengunjung tidak akan berkerumun. Ia juga tak ingin fasilitas wisata ini rusak akibat tak dimanfaatkan. Untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung cukup merogoh Rp.2000 pee orang dengan ongkos parkir Rp.1000/kendaraan.
Pihaknya mendukung wacana pemerintah membuka lokasi wisata dengan protokol covid-19. Sebab hal ini bisa menghidupkan ekonomi masyarakat ditengah kondisi pandemi. Hal senada disampaikan Kades Sesaot Yuni Hariseni, Minggu (7/6) mengatakan, rencana Pemerintah Derah (Pemda) melalui Dinas Pariwisata Lombok Barat akan membuka tempat wisata umumnya di Lobar dan khususnya Destinasi yang ada di Sesaot, Pakuan dan Buwun Sejati (Sekawan Sejati).
"Memang kalau kita lihat, sudah tiga bulan para pelaku wisata khususnya di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) itu memang terdampak dengan perekonomian masyarakat," aku yuni salah satu kades perempuan di Lobar.
Dia menambahkan, para pengelola dan para pelaku wisata ini sering sekali menanyakan bahwa kapan akan dibukanya kembali. "Akan tetapi ketika kita akan membuka tempat wisata ini sesuai dengan Surat Edaran (SE) bahwa kita belum diberikan untuk membuka kembali. Namun misalnya wisata ini akan dibuka, tentunya persiapan dari masyarakat kami khususnya di Desa Sesaot harus betul dari pengelola dan pelaku wisata akan menyiapkan standar Protokol Kesehatan Covid-19," katanya.
Menurut dia, untuk standar Protokol Kesehatan Covid-19 di obyek wisata akan menyiapkan berupa Alat Pelindung Diri (APD), Alat Thermogan, tempat cuci tangan, hand sanitizer dan himbauan yang harus diberikan kepada para pengunjung."Namun ada kekhawatiran juga ketika wisata ini dibuka dan kami prediksi para pengunjung akan membludak dalam artian banyak pengunjung yang datang berwisata," tuturnya.
Selain itu kata dia, ketika wisata ini akan dibuka pihak pengelola akan siap menerapkan pembatasan pengunjung, melakukan pengukuran suhu tubuh kepada pengunjung, pengunjung wajib pakai masker dan membatasi jam kunjungan kepada pengunjung untuk berwisata."Pasti kita tetap menerapkan bagaimana pola hidup bersih dan standar Protokol Kesehatan untuk memutus penyebaran Covid-19 ini," jelasnya.
Dia juga menegaskan, untuk pedagang yang berjualan di tempat wisata tetap akan mengarahkan dengan pola hidup bersih, memakai masker dan sarung tangan."Dengan rencana dibukanya kembali wisata ini, otomatis akan berdampak untuk menghidupkan kembali perekonomian di masyarakat," harapnya.
Menanggapi terkait wacana pembukaan lokasi wisata, Kadis Pariwisata Lobar H Saepul Ahkam mengatakan, untuk membahas hal ini pihaknya akan melakukan zoom meeting Selasa pekan ini. Rapat rapat online itu pihaknya mengundan 65 unsur terkait, terdiri dari seluruh pelaku hotel, restoran, pengelola taman wisata, kades yang memilki tempat wisata, Pokdarwis, Dispar provinsi, polres Lobar, Polresta Mataram dan Dikes.
"Kami ingin brainstorming untuk penerapannya, mencari sudah saatnya kah mau new normal ataukah Transisi menuju new normal. Tentu disitu protokol pencegahan covid-19 kita kedepankan, tapi Sektor ekonomi juga tidak boleh Kita tinggalkan,"jelas dia.
Hasil dari rapat ini nantinya akan dibuat telaah kepada pimpinan, Forkopimda untuk bisa ditetapkan secara bersama-sama apakah tempat wisata dibuka selebar-lebarnya dengan protokol covid-19, dibuat semacam uji coba di beberapa tempat ataukah jangan dulu dibuka.
Pada prinsipnya kata dia, tidak boleh berlarut-larut dalam persoalan covid-19 kemudian melupakan denyut ekonomi masyarakat. Sebab Bagaimanapun sektor pariwisata mampu menarik pertumbuhan ekonomi. Sebab kata dia sudah tiga bulan pariwisata fakum alias mati suri, sehingga banyak aspirasi dari para pelaku wisata,dan kades Yang tak sabar membuka lokasi wisata di daerahnya. (*)
Kajian ini dilakukan menyusul adanya tiga kawasan di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dibuka yakni Kawasan tiga gili di Kabupaten Lombok Utara, Kawasan Mandalika di Lombok Tengah dan Pulau Moyo di Kabupaten Sumbawa. Di desa Sekotong tengah misalnya, tempat wisata baru Ekowisata Mangrove Tanjung Batu mulai dibuka terbatas bagi masyarakat setempat pada Kamis (04/06/2020) lalu.
Sejak dibuka, lokasi wisata mangrove ini ramai dikunjungi. Pengunjung tertarik melihat jalur lintasan yang terbuat dari kayu sepanjang 300 Meter membelah pesisir pantai dan hutan mangrove. Ditambah lagi, Pengunjung juga bisa mengabadikan momen Dengan berfoto di tempat Selfi yang sudah disiapkan di lokasi itu. Tak kalah menarik, menara pantau setinggi 10 meter disiapkan bagi pengunjung untuk melihat hamparan tanaman mangrove dan lautan. Untuk tempat makan pun telah siapkan kuliner di lokasi ini. Untuk membangun berbagai fasilitas tersebut, pihak desa menghabiskan sekitar Rp 700 juta dana desa.
Kades Sekotong Tengah, L Sarappudin mengatakan pihaknya membuka lokasi wisata itu dengan tetap menerapkan standar kesehatan. Pihaknya menyiapkan tempat cuci tangan dan memasang imbauan bagi pengunjung untuk memakai masker. Pihaknya juga mengimbau pengunjung jangan berkerumun dengan jumlah banyak agar sosial Distancing tetap diterapkan. Tak hanya bagi pengunjung, petugas di lokasi wisata juga mengginana alat pelindung masker.
"Jadi kami sudah menerapkan standar kesehatan bagi pengunjung,"jelas dia.
Pihaknya berani membuka lokasi wisata ini ditengah pandemi, karena lokasi ini luas sehingga pengunjung tidak akan berkerumun. Ia juga tak ingin fasilitas wisata ini rusak akibat tak dimanfaatkan. Untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung cukup merogoh Rp.2000 pee orang dengan ongkos parkir Rp.1000/kendaraan.
Pihaknya mendukung wacana pemerintah membuka lokasi wisata dengan protokol covid-19. Sebab hal ini bisa menghidupkan ekonomi masyarakat ditengah kondisi pandemi. Hal senada disampaikan Kades Sesaot Yuni Hariseni, Minggu (7/6) mengatakan, rencana Pemerintah Derah (Pemda) melalui Dinas Pariwisata Lombok Barat akan membuka tempat wisata umumnya di Lobar dan khususnya Destinasi yang ada di Sesaot, Pakuan dan Buwun Sejati (Sekawan Sejati).
"Memang kalau kita lihat, sudah tiga bulan para pelaku wisata khususnya di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) itu memang terdampak dengan perekonomian masyarakat," aku yuni salah satu kades perempuan di Lobar.
Dia menambahkan, para pengelola dan para pelaku wisata ini sering sekali menanyakan bahwa kapan akan dibukanya kembali. "Akan tetapi ketika kita akan membuka tempat wisata ini sesuai dengan Surat Edaran (SE) bahwa kita belum diberikan untuk membuka kembali. Namun misalnya wisata ini akan dibuka, tentunya persiapan dari masyarakat kami khususnya di Desa Sesaot harus betul dari pengelola dan pelaku wisata akan menyiapkan standar Protokol Kesehatan Covid-19," katanya.
Menurut dia, untuk standar Protokol Kesehatan Covid-19 di obyek wisata akan menyiapkan berupa Alat Pelindung Diri (APD), Alat Thermogan, tempat cuci tangan, hand sanitizer dan himbauan yang harus diberikan kepada para pengunjung."Namun ada kekhawatiran juga ketika wisata ini dibuka dan kami prediksi para pengunjung akan membludak dalam artian banyak pengunjung yang datang berwisata," tuturnya.
Selain itu kata dia, ketika wisata ini akan dibuka pihak pengelola akan siap menerapkan pembatasan pengunjung, melakukan pengukuran suhu tubuh kepada pengunjung, pengunjung wajib pakai masker dan membatasi jam kunjungan kepada pengunjung untuk berwisata."Pasti kita tetap menerapkan bagaimana pola hidup bersih dan standar Protokol Kesehatan untuk memutus penyebaran Covid-19 ini," jelasnya.
Dia juga menegaskan, untuk pedagang yang berjualan di tempat wisata tetap akan mengarahkan dengan pola hidup bersih, memakai masker dan sarung tangan."Dengan rencana dibukanya kembali wisata ini, otomatis akan berdampak untuk menghidupkan kembali perekonomian di masyarakat," harapnya.
Menanggapi terkait wacana pembukaan lokasi wisata, Kadis Pariwisata Lobar H Saepul Ahkam mengatakan, untuk membahas hal ini pihaknya akan melakukan zoom meeting Selasa pekan ini. Rapat rapat online itu pihaknya mengundan 65 unsur terkait, terdiri dari seluruh pelaku hotel, restoran, pengelola taman wisata, kades yang memilki tempat wisata, Pokdarwis, Dispar provinsi, polres Lobar, Polresta Mataram dan Dikes.
"Kami ingin brainstorming untuk penerapannya, mencari sudah saatnya kah mau new normal ataukah Transisi menuju new normal. Tentu disitu protokol pencegahan covid-19 kita kedepankan, tapi Sektor ekonomi juga tidak boleh Kita tinggalkan,"jelas dia.
Hasil dari rapat ini nantinya akan dibuat telaah kepada pimpinan, Forkopimda untuk bisa ditetapkan secara bersama-sama apakah tempat wisata dibuka selebar-lebarnya dengan protokol covid-19, dibuat semacam uji coba di beberapa tempat ataukah jangan dulu dibuka.
Pada prinsipnya kata dia, tidak boleh berlarut-larut dalam persoalan covid-19 kemudian melupakan denyut ekonomi masyarakat. Sebab Bagaimanapun sektor pariwisata mampu menarik pertumbuhan ekonomi. Sebab kata dia sudah tiga bulan pariwisata fakum alias mati suri, sehingga banyak aspirasi dari para pelaku wisata,dan kades Yang tak sabar membuka lokasi wisata di daerahnya. (*)
Social Header