Suasana Pembukaan FGD |
Savananews - Kantor Wilayah Kementrian Agama Wilayah Kabupaten Sumbawa menggelar fokus discusion group (FGD) di aulanya Jalan Durian no. 72 Kel. Uma Sima, Kab. Sumbawa. Kepala Kantor Kemenag Kab. Sumbawa Drs H Syamsul Ilyas, M.Si, membuka dengan resmi agenda ummat ini. Kamis, 06 Mei 2021.
Syamsul Ilyas menyebutkan kondisi di Sumbawa sampai saat ini termasuk kondusif. Selama bulan puasa tahun ini tidak ditemukan laporan gesekan yang diletarbelakangi oleh permasalahan agama. Hal ini menjadi indikasi bahwa masyarakat Sumbawa menjunjung tinggi toleransi. Dirinya berharap agar apa yang dirumuskan dalam forum ini bisa diteruskan ke pemerintah daerah sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
Kasi Binmas Kemenag Kab. Sumbawa Faizal Salim, S.Ag, selaku ketua pelaksana kegiatan bertindak menjadi Moderator dalam diskusi panel ini. Materi disampaikan secara bergiliran oleh Ketua MUI Kab Sumbawa Syukri Rahmat S.Ag, Kabid Ketahanan dan Sosbud Kesbangpoldagri Drs Taufiq Abd. Syukur, Dandim 1607/Sumbawa diwakili Pa Sandi Kodim 1607/Sumbawa Letda Inf Sanudin, Ketua Forum Pondok Pesantren Kab. Sumbawa H. Sulman Hafifi.
” Kalau kita gali begitu banyak budaya Sumbawa yang berdasarkan hukum Islam itu mulai dari sejak dalam kandungan yaitu acara biso tian,” sebut Syukri Rahmat dalam kesempatannya.
Kesultanan Sumbawa berdiri sebelum NKRI resmi berdiri, sejak zaman itu masyarakat Sumbawa sudah terkenal dengan tradisinya yang diambil dari Kitabullah ( al-Qur’an). Sehingga jika masuk banyak budaya dari luar, jika berpegang pada tradisi Tau Samawa tidak akan terpapar ajaran radikalisme dan intoleransi.
Drs Taufiq memaparkan tentang Sumbawa yang tidak ubahnya seperti miniatur Indonesia. Semua agama ada di Sumbawa, juga berbagai etnis dan bahasa. Jika tidak dirawat, hal ini menjadi potensi perpecahan besar yang dapat merugikan semua orang dalam berbagai sendi kehidupan. Sebaliknya jika bisa dikelola akan menjadi potensi pembengunan. Penerapan nilai-nilai dalam pancasila yang akan membuat setiap individu bisa bersatu. Disambung penyampaian materi dari unsur TNI.
“ TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara” tegas Letda Inf Sanudin menegaskan.
Sulman Hafifi menerangkan kurikulum pesantren yang diangkat dari nilai luhur Islam. Dengan banyaknya pejuang kemerdekaan dari santri, menjelaskan bahwa ajaran pondok mendorong santri mencintai agama dan negaranya. Ketua Forum Ponpes ini juga percaya bahwa ponok Pesantren bisa menjadi aset pertahanan nasional karena selalu bersikap moderat.
Agenda yang dihadiri oleh pemuka agama, dan tokoh masyarakat dengan jumlah 30 peserta ini kemudian diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab dari peserta dan pemateri. (*)
0 Comments