SAVANANEWS — Dipersembahkan oleh Teater Kamar Indonesia, pementasan Hikayat Gajah Duduk menghadirkan refleksi tajam atas realitas sosial dan kekuasaan yang kemaruk. Meski sarat dengan kritik dan protes, pertunjukan ini dikemas secara artistik melalui paduan naskah yang kuat, musik yang hidup, tata cahaya yang ekspresif, serta artistik dan kostum sederhana namun memikat.
Kolaborasi Teater Kamar Indonesia dengan Sanggar Rudat Terengan yang dipimpin maestro rudat Zakaria, didukung oleh tata cahaya garapan Bagus Livianto, artistik dan kostum oleh Akmal, serta rias karikatural dari Rinda dan Agung, menjadikan pertunjukan ini lengkap secara estetika. Tak heran, penonton enggan meninggalkan gedung meski lampu sudah dimatikan.
Selama satu jam pementasan, penonton disuguhi rangkaian adegan dan dialog yang menggelitik namun penuh makna, merefleksikan wajah kekuasaan dengan cara jenaka sekaligus tajam. Dalam empat hari pertunjukan, 18–21 Oktober 2025, tepuk tangan panjang di akhir pementasan tidak langsung diikuti keluarnya penonton dari gedung. Justru, selama lebih dari setengah jam setelah pertunjukan usai, panggung dipenuhi penonton yang naik untuk berfoto bersama para aktor. Saat itulah, panggung benar-benar menjadi milik penonton.
“Antusiasme penonton luar biasa. Meski pertunjukan sudah selesai, mereka tidak langsung keluar, tapi memilih menikmati momen di panggung bersama para aktor,” ujar Naniek I. Taufan, perwakilan Teater Kamar Indonesia.
Salah seorang penonton, Sukran, mengaku pertunjukan Hikayat Gajah Duduk membangkitkan kembali kerinduannya pada dunia teater. Ia menilai naskah HGD mampu menempatkan kritik dan protes pada tataran intelektual yang elegan.
“Yang dikritik tidak bisa marah, justru diajak untuk merenung,” ujarnya.
Keunikan lain, pertunjukan ini tidak hanya menarik perhatian generasi Z, tetapi juga dihadiri berbagai kalangan — mulai dari seniman, akademisi, perwakilan pemerintah daerah, aktivis, jurnalis, LSM hingga pegiat sosial — banyak di antaranya justru menjadi bagian dari kritik yang dipentaskan.
“Kami senang semua pihak bisa hadir dan ikut menonton Hikayat Gajah Duduk,” kata Saepullah Sapturi, Ketua Teater Kamar Indonesia.
Naniek menambahkan, pihaknya berharap pertunjukan ini dapat menjadi ruang refleksi, perenungan, sekaligus inspirasi bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam mengelola kekuasaan.
Ke depan, Manajemen Teater Kamar Indonesia bersiap menggelar tur penting memenuhi sejumlah undangan pementasan Hikayat Gajah Duduk di berbagai daerah, sebagai upaya memperluas jangkauan apresiasi publik terhadap karya teater berkualitas. (AS)
0 Comments